MANAJEMEN PERSEDIAAN
MANAJEMEN
PERSEDIAAN
A. Pengertian Dan Jenis-Jenis
Persediaan.
Apapun perusahaannya dalam setiap proses distribusi barang selalu mengadakan persediaan.
Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang
memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mungkin terjadi, karena tidak selamanya
barang – barang atau jasa – jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti pula
bahwa pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang
seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan
sangat penting artinya untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang
menghasilkan barang atau jasa. Persediaan
ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut (
terjadinya kelancaran usaha ) hendaknya lebih besar dari pada biaya – biaya
yang ditimbulkannya.
Pengertian
dari persediaan adalah dalam hal ini merupakan suatu aktiva yang meliputi
barang – barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode
usaha yang normal, atau persediaan barang – barang yang masih dalam pengerjaan/
proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam satu periode produksi. Jadi
persediaan merupakan sejumlah bahan – bahan, parts yang disediakan dan bahan –
bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta
baranga – barang jadi / produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
komponen atau langganan setiap waktu.
Secara praktis, semua hal atau barang – barang yang sifatnya berwujud,
termasuk kelompok persediaan inipada suatu saat atau saat lainnya.
Pada
dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan
pabrik yang harus dilakukan secara berturut – turut untuk memproduksi barang –
barang serta selanjutnya menyampaikannya pada pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk – produk
dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan dan sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan, produksi tidak
perlu dilakukan khusus buat konsumsi, atau sebaliknya tidak perlu konsumsi didesak supaya sesuai denga
kepentingan produksi.
Adapun alasan diberlakukannya persediaan oleh suatu
perusahaan pabrik adalah karena :
1.
Dibutuhkanya
waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu
tingkat ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan
pemindahan.
2.
Alasan
organisasi, untuk memungkinkan
satu unit atau bagian pembuat skedul operasinya secara bebas, tidak tergantung
dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk
bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk dapat :
1. Menghilangkan
resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan – bahan yang dibutuhkan
perusahaan.
2. Menghilangkan
resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk
menumpuk bahan – bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan
bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan
stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.
5. Mencapai
penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan
pelayanan ( service ) kepada
pelanggan dengan sebaik – baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu
dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7.
Membuat
pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan dan penjualannya.
Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif
dalam operasi perusahaan yang secara continue
diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar dari sumber – sumber
perusahaan juga sering dikaitkan di dalam persediaan yang akan digunakan dalam
perusahaan pabrik. Nilai dari persediaan
harus dicatat, digolong – golongkan menurut sejenisnya yang kemudian dibuatkan
perincian dari masing – masing barangnya dalam suatu periode yang
bersangkutan. Pada akhir suatu periode,
pengalokasian biaya – biaya dapat dibebankan pada aktivitas yang terjadi dalam
periode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan atau
dibuat. Dalam mengalokasikan biaya –
biaya, biasanya setiap perusahaan mengenal pusat – pusat biaya untuk mengukur
hasil yang telah dicapai dalam suatu periode tertentu sehubungan dengan
penentuan dari posisi keuangan perusahaan sebagai suatu unit usaha. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya akan
dapat menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang
telah dicapai oleh suatu perusahaan secara layak.
Dari keterangan diatas dapatlah diketahui bahwa persediaan
sangat penting artinya bagi suatu perusahaan pabrik karena berfungsi
menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan
menyampaikannya kepada konsumen. Hal ini
berarti dengan adanya persediaan memungkinkan terlaksananya operasi produksi,
karena faktor waktu antara operasi itu dapat dihilangkan sama sekali, walaupun
sebenanya dapat diminimumkan. Persediaan
dapat diminimumkan dengan mengadakan perencanaan produksi yang lebih baik,
serta organisasi bagian produksi yang lebih efisien.
Demikian persediaan adalah bagian yang sangat penting dalam
suatu bisnis. Alasannya adalah
Persediaan cendrung menyembunyikan persoalan.
Dengan mencerahkan masalah persediaan membuat permasalahan menjadi
sederhana, namun demikian permasalahan yang sering muncul adalah persediaan
sangat mahal dikelola. Akibatnya
kebijakan operasi yang bijaksana sangat diperlukan dalam mengelola persediaan
dapat ditekan sekecil mungkin.
Karena pentingnya persediaan bagi suatu
perusahaan baik itu perusahaan industri
maupun perdagangan maka persediaan menurut jenis dan posisi barang tersebut di
dalam urutan pengerjaan dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Persediaan bahan baku yaitu
persediaan dari barang – barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi,
barang mana dapat diperoleh dari sumber – sumber alam ataupun dibeli dari
supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik
yang menggunakannya. Bahan baku
dibutuhkan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses
diharapkan menjadi barang jadi ( finished
goods ). Jadi pengertian dari bahan
baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali
terhadap bahan – bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut.
2. Persediaan bagian produk atau
parts yang dibeli yaitu persediaan barang – barang yang terdiri dari parts yang
diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan
parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini
tidak mengalami perubahan dalam operasi.
3. Persediaan bahan - bahan pembantu atau barang – barang
perlengkapan yaitu persediaan barang – barang atau bahan – bahan yang
diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang
dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidaka merupakan bagian
atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah
jadi atau barang dalam proses yaitu persediaan barang – barang yang keluar dari
tiap – tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan – bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian
menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja
barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain
karena proses produksinya sampai disitu saja.
Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi
perusahaan lainnya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. Jadi pengertian dari barang setengan jadi
atau barang dalam proses adalah merupakan barang – barang yang belum berupa
barang jadi, akan tetapi masih merupakan proses lebih lanjut lagi di pabrikitu
sehingga menjadi barang jadi yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau
pelanggan.
5. Persediaan barang jadi yaitu
persediaan barang – barang yang telah selesai proses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk
selesai dan telah siap untuk dijual.
Dengan penjelasan terperinci diatas, maka persediaan
berfungsi untuk :
a.
Menyediakan
stock barang untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
b.
Mencocokan
(match) produksi dengan distribusi.
c.
Mengambil
keuntungan dari diskon karena pembelian dalam jumlah besar.
d.
Menghindari
inflasi dan perubahan harga.
e. Menghindari
kekurangan stock karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu dan pengiriman,
dan,
f. Menjaga
operasi agar berjalan lancar
dengan menggunakan persediaan barang WIP (Work
in Proces).
Pengelolaan segalah jenis aktiva merupakan masalah persediaan;
dalam kegiatan meminjam uang membeli bahan baku untuk produksi, atau dalam
proses membeli mesin dan peralatan lebih murah bila kita membeli lebih banyak
dari pada sekedar untuk memenuhi kebutuhan mendadak. Dengan pandangan ini
sebagai patokan dasar, kita kembangkan dasar teoritis untuk proses menentukan
besarnya pembelian yang optimal, yang juga berarti menentukan investasi yang
optimal pada persediaan dan kapan waktunya untuk memesan kembali. Persediaan
merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan
barang jadi. Persediaan menjadi sangat penting karena persedian berhubungan
dengan pembentukan keunggulan kompetitif jangka panjang.
Hal-hal yang sangat dipengaruhi oleh tingkat persediaan :
1.
Kualitas 5. Kapasitas
berlebih
2.
Rekayasa
Produk 6. Kemampuan
merespon pelanggan
3.
Harga 7.
Tenggang waktu
4.
Lembur 8.
Profitabilitas keseluruhan
Artinya : Perusahaan dengan tingkat persediaan lebih tinggi
dari perusahaan lain memiliki
kecendrungan untuk berada dalam kompetitif yang lebih rendah (persediaan tinggi
menimbulkan biaya persediaan tinggi, menimbulkan biaya tinggi kemudian akan mempengaruhi laba)
Dengan demikian pihak perusahaan perlu melakukan pengelolaan
Persediaan, karena :
1.
Persediaan
merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.
2.
Mempengaruhi
pelayanan ke pelanggan.
3.
Mempunyai
pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.
Biaya-biaya yang berhubungan
dengan Persediaan :
- Biaya Penyimpanan / Carrying
Cost : biaya untuk menyimpan persediaan. Contoh : Biaya asuransi, Biaya
Gudang, pajak persediaan, keusangan/penyusutan dan biaya ruang penyimpanan.
- Biaya Pemesanan / Ordering
Cost : biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan. Contoh : Biaya
pemrosesan pesanan , biaya asuransi untuk pengiriman, biaya pembongkaran,
Potongan harga karena jumlah pembelian besar.
- Biaya Persiapan atau penyetelan / Setup Cost : biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas
sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk atau komponen tertentu.
Contoh : biaya uji coba produksi.
- Biaya Habisnya Persediaan / Stockout
Cost : Biaya yang terjadi karena tidak dapat menyediakan produk ketika
diminta pelanggan. Contoh : penjualan yang hilang (baik saat ini maupun dimasa
yang akan datang), Kehilangan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
tawarkan, gangguan jadwal produksi.
A.
Economic Order Quantity
(EOQ)
Biaya pemesan variabel dan biaya penyimpanan
variabel mempunyai hubungan terbalik, yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan,
maka semakin rendah biaya penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan variabel
dan biaya penyimpanan variabel dapat ditekan serendah mungkin, maka perlu
dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis, yaitu dengan rumus :
EOQ = 2 A S / C P
|
EOQ = Economic Order Quantity
A = Kebutuhan Bahan Baku untuk Tahun yang akan
datang
S = Biaya pemesanan variabel setiap kali
pemesanan
C = Biaya/unit, harga faktur dan biaya
angkut/unit yang dibeli
P = Biaya penyimpanan variabel yang dihitung
berdasarkan % dari C
Contoh :
PT. STEFANO pada awal tahun 2001 menyusun
anggaran biaya bahan baku sebagai
berikut :
1. Kebutuhan bahan baku setahun = 12.000 Kg
2. Harga/unit bahan baku = Rp. 100
3. Biaya Pemesanan :
a. Biaya Variabel = Rp. 3.750
b. Biaya Tetap/tahun = Rp. 18.000
4. Biaya Penyimpanan :
a. Biaya Variabel = 10 %
b. Biaya Tetap/tahun = Rp. 6.000
Dari data di atas, maka EOQnya adalah :
EOQ = 2 x 12.000 x Rp.3.750 / 100 x 10 % = 3.000 Kg
B.
Reorder Point
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam
EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan
waktu pemesanan kembali bahan baku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan
kembali adalah :
a.
Lead Time.
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara
bahan baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi
besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead
time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time.
b. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata
persatuan waktu tertentu (Average Usage).
c. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu
jumlah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk
menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi
stagnasi. Dari ketiga faktor di atas, maka reorder point dapat dicari dengan
rumus berikut ini :
Reorder
Point = (LD x AU) + SS
LD = Lead Time
AU = Average Usage = Pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock
Contoh :
PT. HELENZ ASRI menetapkan lead time bahan baku A
selama 4 minggu, pemakaian rata-rata sebesar 250 Kg perminggu, safety stock yang ditaksir sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 minggu. Dari
data ini, maka reorder pointnya adalah sebagai berikut :
Reorder Point =
(4 x 250) + (2 x 250) = 1.500
C.
Safety Stock
Untuk menaksir
besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu
dengan metode sebagai berikut :
1. Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan
Rata-Rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih
antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu
tertentu (misalnya perminggu), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead
time.
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time
|
Misalkan PT. Key Agung memperkirakan pemakaian
maksimum bahan-bahan perminggu sebesar 650 kg, sedangkan pemakaian rata-ratanya
sebesar 500 kg dan lamanya lead time 2 minggu, maka data-data tersebut safety stock sebesar:
Safety Stock
= (650 – 500) 2
=
300 Kg
1.
Metode Statistika.
Untuk menentukan
besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat digunakan program komputer
kuadrat terkecil (least square). Untuk menggambarkan penggunaan
metode ini, maka diberi contoh berikut ini, yaitu untuk menaksir safety stock tahun 2001 didasarkan pada data tahun 2000.
NO | Taksiran Pemakaian | Pemakaian Sesungguhnya | Deviasi | Kuadrat Deviasi |
1 | 2.600 | 2.500 | 100 | 10.000 |
2 | 2.300 | 2.350 | (50) | 2.500 |
3 | 2.200 | 2.350 | (150) | 22.500 |
4 | 2.400 | 2.450 | (50) | 2.500 |
5 | 2.750 | 2.700 | 50 | 2.500 |
6 | 2.500 | 2.600 | (100) | 10.000 |
7 | 2.250 | 2.300 | (50) | 2.500 |
8 | 2.400 | 2.600 | (200) | 40.000 |
9 | 2.550 | 2.400 | 150 | 22.500 |
10 | 2.250 | 2.200 | 50 | 2.500 |
11 | 2.300 | 2.340 | (40) | 1.600 |
12 | 1.500 | 1.690 | (190) | 36.100 |
28.000 | 28.480 | (480) | 155.200 |
Langkah-langkah
menghitung Safety Stock :
1. Menghitung Rata-rata
Deviasi = (480) : 12 = 40
2. Menghitung selisih antara total deviasi
kuadrat dengan total deviasi dikuadratkan dibagi n
(480)2
= 155.200 = 136.000
n
3. Hasil langkah
kedua dibagi n-1 dan hasilnya diakar kuadrat.
136.000
= √ = 111,19
12 – 1
4. Untuk menghitung
besarnya safety stock dipengaruhi 2 (dua) faktor yaitu :
- Besarnya
derajat signifikan standar deviasi pada kurva normal yang digunakan misalnya 97%
= 2 atau 99,5% = 3
- Lamanya
jangka waktu yang digunakan sebagai dasar perhitungan. Misalkan derajat signifikan
yang digunakan sebesar 99,5%, dan lama
jangka waktu dasar selama 4 bulan, maka safety
stock :
= (3 x 111,19 x √4) – (-40 x 4)
= 827,14
1.
Just In Time
Just In Time merupakan pendekatan untuk meminimalkan total
biaya penyimpanan dan persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan
tradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya penyiapan dan kemudian
menentukan kuantitas pesanan yang merupakan saldo terbaik dari dua kategori
biaya. Dilain pihak, Just In Time tidak mengakui biaya persiapan, tetapi
sebaliknya Just In Time mencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol.
Jika biaya penyiapan tidak menjadi signifikan, maka biaya tersisa yang akan
diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan mengurangi
persediaan sampai ketingkat yang sangat rendah. Pendekatan inilah yang
mendorong untuk persediaan nol dalam sistem Just
In Time.
Kebanyakan penghentian produksi terjadi karena
salah satu dari tiga alasan : kegagalan mesin, kerusakan bahan, dan
ketidaktersediaan bahan baku, sehingga memiliki persediaan merupakan salah satu
solusi tradisional atas semua masalah tersebut.
Mereka yang mendukung pendekatan Just In Time berpendapat bahwa persediaan yang banyak tidak
akan memecahkan masalah, tetapi hanya menyamarkan atau menutupi masalah. Just In Time dapat memecahkan ketiga masalah di atas dengan
menekankan pada pemeliharaan total dan pengendalian mutu total serta membina
hubungan baik dengan pemasok.
Komentar
Posting Komentar