PERBEDAAN SiLPA dan SILPA

SiLPA dan SILPA merupakan akun dan kode rekening yang berbeda. SiLPA merupakan bagian dari penerimaan pembiayaan. Pembiayaan merupakan struktur penting dalam APBD selain Pendapatan dan Belanja. Fungsi Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, balk pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.

Bicara tentang SiLPA maupun SILPA memiliki perbedaan yang signifikan, jika diartikan sama, maka akan sangat mempengaruhi kebijakan keuangan dalam kedua akun tersebut. SiLPA (dengan huruf i kecil) dan SILPA (dengan huruf i besar/kapital). memiliki perbedaan yaitu SiLPA (dengan huruf i kecil) adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, yaitu selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. contohnya realisasi penerimaan daerah tahun anggaran 2017 sebesar Rp10 milyar sedangkan realisasi pengeluaran daerah adalah Rp5 milyar, maka SiLPA-nya adalah Rp5 milyar. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) bersumber dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:

a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;

b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;

c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

Sedangkan SILPA (dengan huruf I besar/kapital) adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenan yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan netto. Dalam penyusunan APBD angka SILPA ini seharusnya sama dengan nol, karena kebijakan keuangan publik menekankan pada kebijakan berimbang (asas berimbang) artinya pemerintah daerah membagi habis sumber pendapatan dan pembiayaannya demi kemajuan daerah dalam satu periode tertentu. Dengan demikian penerimaan pembiayaan harus dapat menutup defisit anggaran yang terjadi dalam satu tahun anggaran. Jika angka SILPA-nya positif berarti bahwa ada pembiayaan netto setelah dikurangi dengan defisit anggaran, artinya anggaran positif tersebut merupakan sisa anggaran yang harus dibagi habis atau dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya. apabila SILPA angkanya negarif mengartikan bahwa pembiayaan netto belum dapat menutup defisit anggaran yang terjadi, atau dengan kata lain pengeluaran pembiayaan lebih besar daripada penerimaan pembiayaan. Dengan demikian penting untuk mencari strategi untuk menutupi kekurangan anggaran tersebut, misalnya dengan cara melakukan pinjaman daerah, utang daerah ataupun mengurangi pengeluaran pembiayaan sehingga dalam kondisi tersebut pembiayaan netto dapat mengimbangi surplus/(defisit) sehinga SILPA dapat berada pada posisi 0 (no) atau seimbang (Balance).