PENGEMBANGAN PESISIR KOTA AMBON BERBASIS WATER FRONT CITY
PENGEMBANGAN PESISIR KOTA AMBON
BERBASIS WATER FRONT CITY
Letarius
Erwin Layan1
Abstract
Rencana
Strategis Kota Ambon 2006 – 2013, diarahkan menuju pada Pengembangan kawasan
pesisir atau Pengembangan Ambon Water Front City (WFC). Kebijakan
jangka menengah ini didukung oleh kondisi teluk ambon yang potensial dan
kondisi tipologi wilayah yang terbatas dataran rendahnya sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan pengembangan ke darat. Selain itu kepadatan
penduduk dan meningkatnya angka penduduk miskin menimbulkan bertambahnya masalah sosial dan ekonomi dimasyarakat; perumahan kumuh, banjir langganan dan longsor merupakan masalah
sosial yang tidak bisa dihindari. Terobosan baru pemerintah kota Ambon dengan
memanfaatkan peluang alam dan lingkungan sebagai sarana potensial untuk keluar
dari dilema sosial ekonomi selama ini. Penetapan
Kawasan Strategis Water Front City (WFC) pada teluk kota ambon dengan
dibangunnya sarana dan prasarana dalam bidang ekonomi, bisnis dan sosial
menjadi salah satu kunci untuk membuka Peluang
Pasar dan Investasi dan berimbas positif terhadap serapan tenaga kerja,
kreatifitas usaha masyarakat yang pada gilirannya mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat kota Ambon.
Keywords: Water Front
City, Pertumbuhan
ekonomi.
1.1. Latar Belakang
Kota Ambon sebagai ibu kota provinsi Maluku memiliki keunggulan
dan kelemahan tersendiri. Daerah yang berlimpah sumber daya alam tersebut
bahkan menjadi incaran dan pertikaian bangsa lain yang ingin berkuasa dan
meraup habis hasil bumi dan air yang berada di wilayah tersebut. Sebagai kota
yang terbilang tua dengan usia mencapai
440 tahun ini telah memberikan sumbangsi
kepada negara sejak berdirinya NKRI hingga ini. Dalam kenyataan hari ini
kota ambon masih terpuruk dalam berbagai aspek kehidupan. Pasca konflik sosial
yang berlangsung selama tiga tahun lebih ini bahkan meluluhlantahkan
pembangunan, tatanan sosial dan agama pada kota tersebut.
Lajupertumbuhanekonomi merupakan salah satu indikator makro
yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dalam suatu wilayah. Dalam dua dekade
terakhir pertumbuhan ekonomi kota ambon sangat fluktuatif. Pasca konflik pada
tahun 1998 hingga awal 2002, ekonomi kota ambon sangat menurun drastis, kondisi
ini tidak lepas dari “lumpuhnya” kawasan perdagangan di tengah kota atau Central
Business District (CBD).
Secara rata-rata dalam sepuluh tahun pertumbuhan ekonomi kota ambon berkisar
-0,84% (1996 s/d 2005) kemudian setelah konflik berangsur pulih dan normal
kembali (2006 s/d 2014) ekonomi kota ambon berangsur pulih, meskipun mencapai
angka fluktuatif namun secara rata-rata pertubuhan eknomi dapat mencapai angka sebesar
6,48%. Pemerintah daerah lalu melihat stabiliasi sosialtersebut sebagai sebuah
peluang dan kekuatan yang merupakanpotensi baru untuk membangun kembali kota
ambon dalam semua aspek kehidupan didalamnya.
Pemerintah kota ambon dalam
pengembangannya lalu memikirkan strategi yang tepat untuk mengejar
ketertinggalan dan ketimpangan kesejahteraan masyarakat agar tidak tidak
terlalu lebar jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya di indonesia. Dengan
sumber daya potensial yang dimiliki, kota ambon berkomitmen mengembangkan
wilayah laut sebagai area potensial untuk menggagas ekonomi daerah yang semakin
maju.Dalam Rencana Strategis Kota Ambon 2006 – 2013,menginginkan bahwa
Perencanaan Pembangunan Kotadalam kaitannya dengan Pengembangan KawasanPesisir
Kota akan diarahkan menuju pada Pengembangan kawasan pesisir menuju Kota
Pantai(Kota Pesisir) atau Pengembangan Ambon Water Front
City (WFC).
Untuk
itulah maka demi mewujudkan keinginanRencana Strategis Kota tersebut maka perludilakukan
kajian-kajian dan rencana-rencana pengembangan kerah tujuan tersebut. Didalam
upaya untuk merumuskan konsep perencanaan tersebut maka haruslah mengacu pada
prinsip perancangan, yang mengatur tiga hal utama, yaitu: 1). Penciptaan citra
atau identitas kawasan tepi air, dengan memanfaatkan berbagai karakteristik
lingkungan kawasan. 2). Pembatasan intensitas di kawasan tepi air, untuk mengendalikan
pembangunan dengan mempertimbangkan nilai manusia, lingkungan dan dampak
pembangunan. 3). Pembatasan area di kawasan, untuk menghindari berbagai konflik
kepentingan pemanfaatan lahan.
Setelah
konsep dirumuskan laludiadakan usulan zonasi kawasan tepi air sesuai dengan arahan
pengembangan yang didasari karakter dan tipologi
kawasan. Selanjutnya dibuat skenario pengembangan pesisir kota Ambon yang
didasari atas struktur dan pola pemanfaatan
lahan, lingkungan strategis, peluang pengembangan ekonomi, dukungan aksesibilitas dan infrastruktur. Setelah
skenario dilanjutkan dengan penyusunan rencana tata ruang, pedoman pengendalian
pembangunan dan Program investasi.
Program ini
telah sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah khususnya Direktur Jenderal
(Dirjen) Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) DKP. Di Indonesia
terdapat 226 kabupaten/kota yang bercirikan dan berkarakteristik sama dengan kota
Ambon, akan tetapi belum ada yang berinisiatif untuk mengelola potensi tersebut
secara optimal selain kota Makasar.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan
Teori
Carr (1992)
mendefinisikan waterfront area atau kawasan tepi air sebagai area yang di
batasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan
nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami. Sedangkan
Wrenn (1983) dalam Priatmodjo (1993) mendefinisikan waterfront development
sebagai interface between land and water, yang mengartikan bahwa kata interface
disini mengandung pengertian adanya kegiatan aktif yang memanfaatkan pertemuan
antara daratan dan perairan. Waterfront
City merupakan kota ditepian air baik itu tepi pantai,
sungai ataupun danau/ secara harafiah dalam bahasa indonesia adalah daerah tepi
laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan. Masrul
(Toree, 1989) mengemukakan bahwa untuk menentukan keberhasilan dalam
pengembangan kawasan tepi air, diperlukan penonjolan karakteristik dan keunikan
yang dimilikioleh daerah yang dikembangkan. Karakteristik ini dibagi menjadi
dua, yaitu karakteristik fisik dan non-fisik. Karakteristik fisik mencakup
keadaan alam dan lingkungan, citra, akses, bangunan dan penataan lansekap
sedangkan karakteristik non fisik meliputi tema pengembangan, pemanfaatan air,
aktivitas penduduk, keadaan sosial budaya dan ekonomi. Berikut adalah elemen
penentu keberhasilan dalam pengembangan kawasan tepi air (waterfront city).
3.
METHODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang meliputi data, analisis dan
interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun
sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada di
lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu
sifat dari fenomena di masyarakat. (Nazir, 1998: 51), metode pengumpulan data
dengan Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158) maupun hasil penelitian dan jurnal ilmiah
sebagai metode untuk memperoleh data tentang pengembangan Waterfront city.
4. PEMBAHASAN
Beberapa kondisi kota ambon yang
mendesak pemeritah kota untuk mengembangkan ruang kota agar mampu menciptakan
nilai tambah dengan melihat beberapa kondisi daerah kurang mendukung untuk
konsep pembangunan ke darat, adalah sebagai berikut :
1. Tipografi Kota Ambon
Kota Ambon yang berbukit di sekitar
teluk harus dikembangkan dengan perencanaan yang baik karena kecenderungan
pemukiman akan mengarah ke perbukitan. Dan apabila tidak diawasi maka bencana
longsor bisa terjadi setiap tahun dan pengaruhnya juga akan terasa di laut,
terutama di Teluk Ambon. Dalam disertasi Mohammad Amin Laisaba
(2012), menjelaskan bahwa Luas kemiringan kota ambon didominasi oleh lereng
sangat terjal sekitar 33,39%, sementara itu lereng datar hingga agak datar 0-8%
meliputi luas yang kecil yaitu sebesar 15,80% dan sebagian besar telah dikembangkan
untuk permukiman penduduk maupun fasilitas-fasilitas penunjang kota lainnya.
Sebagian besar kota Ambon berada pada ketinggian 25-27 mdlp atau sekitar
36,39%, dan pada beberapa kawasan dengan ketinggian lahan >250 mdpl atau
sekitar 3,17% yang tersebar pada pegunungan nona di kecamatan nusaniwe,
pegunungan sirimau maupun pegunungan leihitu. Ketinggian lahan tersebut
sebagian besar dijadikan sebagai kawasan hutan lindung dengan jenis penggunaan
lahan hutan.Dengan ruang yang terbatas itulah maka sangat menjamin adanya
potensi padat penduduk pada daerah kota, mengingat daerah kota merupakan
wilayah dataran rendah yang yang sangat terbatas namun memiliki peran dan
kapasitas yang sangat tidak terbatas yaitu sebagai ibu kota Propinsi Maluku
sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan dan
pendidikan membawa pengaruh besar pada pertumbuhan penduduk terkait dengan
migrasi dari daerah-daerah sekitar sehingga kondisi ini memerlukan penataan
penduduk dan sistem kependudukan agar tertib dan mencegah kota Ambon tumbuh
menjadi kota kumuh.
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
a.
Kepadatan
Penduduk
Kepadatan
penduduk merupakan perbandingan dari jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayahnya yaitu dengan batasan yang telah ditentukan, jika melebihi batas
tersebut menyebabkan terjadinya ledakan penduduk. Hal ini dapat kita lihat salah
satunya di kota Ambon dengan laju pertumbuhan penduduknya yang meningkat pesat
akan menunjang kepadatan penduduk diwilayah tersebut.
Tabel 1. Jumlah
Penduduk dan Kepadatan
di Kota Ambon
dan Proyeksi hingga 2017
Sumber : BAPPEKOT, 2012
Dalam Buku Putih Sanitasi Kota Ambon
2012, Jumlah
penduduk Kota Ambon pada pertengahan tahun 2011, berdasarkan data BPS Kota
Ambon berjumlah 340.428 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, jumlah
penduduk meningkat sebesar 2,77 persen. Penduduk tahun 2011, terdistribusi pada
kecamatan Sirimau sebanyak 143.943 jiwa (42,28%) dengan kepadatan 1.658
jiwa/km2, kecamatan Nusaniwe sebanyak 92.355 jiwa (17,13%) dengan kepadatan
1.045 jiwa/km2, kecamatan Teluk Ambon Baguala sebanyak 54.953 jiwa
(16,14%) dengan kepadatan 1.370,05 jiwa/km2,kecamatan teluk Ambon
sebanyak 39.516 jiwa (11,61%) dengan kepadatan 421 jiwa/km2,dan
kecamatan Leitimur Selatan sebanyak 9.661jiwa (2,84%) Dengan kepadatan 191
jiwa/km2 Kepadatan penduduk di Kota Ambon tahun 2011adalah 947
jiwa/km2. Mengacu kepada jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2011,
dengan rata-rata pertumbuhan selama 6 tahun belakangan (tahun 2006-2011)yang
sebesar 5,4%, maka diproyeksikan dalam 5 tahun kedepan penduduk Kota Ambon pada
tahun tahun 2007 akan mencapai 388.862. orang, atau 1.082.jiwa/ km2.
Menurut Daniel
Pelasula, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon bahwa kepada
Ambon Ekspres diruang kerjanya, (19/10/2015) mengatakan bahwa, daya dukung
sangat tergantung dari desain pembangunan kota. Misalnya, bila wilayah kota
sudah mengalami kepadatan, pemerintah harus memikirkan alternatif lain bagi
warga untuk membangun pemukiman karena Daya dukung kota Ambon mulai menurun.
Pembukaan lahan untuk pemukiman dan kepadatan penduduk menjadi penyebab utama.
b.
Penduduk
Miskin
Penduduk miskin Kota Ambon
berdasarkan data BPS tahun 2012 berjumlah 3.701Kepala Keluarga (KK) atau 24.816
jiwa yang tersebar di semua kecamatan. Penduduk miskin terbanyak tersebar di
Kecamatan Sirimau sejumlah 1.181 KK (31,91%) atau 7.748 jiwa (32,03%); dan di
Kecamatan Nusaniwe sejumlah sejumlah 1.143 KK (30,88%) atau 7.793 jiwa
(31,40%). Gambaran selengkapnya tentang penduduk miskin di Kota Ambon adalah
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2 Perkembangan Penduduk Miskin
Kota Ambon Tahun 2009-2013
Sumber
: BPS Kota Ambon
Data tabel 2 menjelaskan bahwa adanya
sejalan dengan proyeksi pada tabel 1 meskipun angka kemiskinan yang berbeda
namun proyeksi dan kondisi riil menunjukan adanya penurunan signifikan, kondisi
ini didukung pulaoleh pertumbuhan PDRB yang semakin meningkat.
c. Pengunaan Lahan
Penggunaan lahan di kota ambon
semakin terbatas akibat lahan kota yang berbukit dan tidak memungkinkan untuk
dibuat permukiman baru. Penduduk kota ambon kemudian mencari tempat bermukim di
pinggiran pantai. Demikian halnya para pendatang (suku buton, bugis, makasar, jawa
dll) dengan tujuan berdagang lebih memilih wilayah pantai sebagai tempat
bermukim.
d. Kawasan Kumuh
Kawasan
kumuh di Kota Ambon terpusat pada permukiman-permukiman padat yang umumnya di
perkotaan, dan beberapa terdapat pula di perdesaan. Berdasarkan Keputusan
Walikota Ambon Nomor 1653 Tahun 2010, kawasan kumuh di Kota Ambon terdapat di
Kecamatan Nusaniwe yaitu beberapa kawasan di Kelurahan Waihaong, Kelurahan
Silale, Kelurahan Wainitu, Kelurahan Kudamati (bantaran Air Putri, dan
Kelurahan Benteng (pantai); di Kecamatan Sirimau yaitu beberapa kawasan di Desa
Batu Merah, Keluarahan Rijali, Kelurahan Honipopu, Kelurahan Uritetu, Kelurahan
Karang Panjang, Kelurahan Pandan Kasturi, dan Kelurahan Batu Meja; dan di
Kecamatan Teluk Ambon yaitu beberapa kawasan di Desa Laha, dan Desa Tawiri.Dalam data
Bappeda Provinsi Maluku tahun 2014, dari sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku, Kota ambon menempati posisi nomor urut satu wilayah permukiman kumuh.
Dari
data presentasi yang disampaikan Bappeda Provinsi Maluku dalam Lokkarya Program
Peningkatan Kualitas Kawasan Pemukiman (P2KKP) yang digelar Kementrian
Pekerjaan Umum Kamis (17/09), pekan lalu, di Ambon. Kota Ambon tercatat
memiliki 15 titik wilayah kumuh dengan luas wilayah kumuh di kota ini seluas
102,64 hektar. (dikutip ambonnews.co)
e.
Banjir
Langganan
Pada Wilayah-wilayah DAS tersebut,
saat ini telah mengalami penurunan fungsi, melalui Area Penggunaan Lain untuk
budidaya, khususnya permukiman, jalan, atau kebun campuran. Sebagai gambaran,
untuk Wilayah DAS Wae Batu Merah, APL mencapai 4.021,20 Ha atau 50,64%. Hal ini
telah memberikan dampak pada penurunan debit air baku pada sungai-sungai utama.
Salah satu masalah adalah terjadinya banjir musiman setiap tahunnya, sistem
pembuangan sampah dan limbah rumah tangga dan industri yang tidak dapat
dikontrol dengan baik menjadi musibah setiap tahun bahkan menelan korban pada
wilayah-wilayah banjir tersebut.Menurut data yang dihimpun BNPB
(www.rmol.co), jumlah pengungsi secara keseluruhan di Kota Ambon yang mengalami
banjir maupun tanah lonsor sejak April hingga Mei 2011 berjumlah 324 KK yang
terdiri dari 110 korban banjir dan 224 lainnya akibat tanah longsor. Pada tahun
2012, korban meninggal tersebut tersebar di BTN Kanawa dan Desa Passo
masing-masing empat orang, dan dua orang di Desa Negeri Lama. Korban yang
menderita luka-luka dilaporkan sebanyak lima orang.Pada tahun 2013 Bencana
banjir dan longsor juga menyebabkan kerusakan fisik yakni 236 unit rumah rusak
berat, 238 rumah rusak sedang, dan 1.569 rumah rusak ringan. Sementara 126 unit
rumah lainnya terancam longsor. Puluhan infrastruktur dan bangunan umum juga
rusak. Rumah terendam sebaganyak 7.203 unit. Sedikitnya, 1.752 kepala keluarga
atau 6.179 jiwa terpaksa mengungsi di 18 lokasi aman.
3.
Penetapan Kawasan Strategis
Luas Kota Ambon
359,45 km2dengan luas kawasan terbangun sebesar 32,4 km2 atau 8,6%
(berdasarkan Rencana Persediaan Peruntukan dan Penggunaan Tanah Buku II BPN
Propinsi Maluku 1996). Namun demikian sebagian besar wilayah kota ini tidak
dapat dimanfaatkan untuk kawasan terbangun karena salah satu kendalanya adalah
topografi kawasan yang tidak memungkinkan sebagaimana disampaikan diatas.
Menurut Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Ambon kebijaksanaan perluasan
fisik kegiatan perkotaan diarahkan ke wilayah yang belum terbangun, hal ini
dimaksudkan agar perkembangan bisa merata diseluruh bagian wilayah kota.
Berdasarkan kesesuaian lahan kawasan yang potensial dan layak untuk
dikembangkan secara umum adalah kearah Timur.
Konsep WFC yang akan dikembangkan
oleh Pemkot Ambon merupakan sebuah program pemberdayaaan kawasan Teluk Ambon
sebagai langkah untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat.
Guna mendukung pengembangan konsep WFC
ini, maka Rencana Strategi Pengolahan pesisir kota, rencana zonasi pesisir
Pulau Ambon dan sistem pengolahan limbah cair. Program pengembangan kawasan
pesisir sebagai pusat ekonomi juga akan berdampak menjadikan Kota Ambon sebagai
kota jasa pelayanan pariwisata bahari di Maluku.
Gambar : Peta Water Front City
Kota Ambon
Sumber : Pieter Th, Berhitu
Yana, kajian kelayakan pengembangan kawasan pesisirKota ambon sebagai kota
pantai(ambon Water Front City : 2006)
Didalam Hasil
analisis dan Kajian Pengembangan Kota Ambon Sebagai Kota
Pantai dapat direalisasi apabila dalam pengembangannya harus menjaga kawasan berfungsi
lindung, a).Mengamankan / tidak mengganggu kawasan instalasi strategis b).Memanfaatkan
potensi keberagaman untuk menunjang pengembangan pesisir sebagai : Kawasan jasa
dan perdagangan,. Kawasan permukiman, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan
pendidikan, kawasan pelabuhan dan transportasi laut, kawasan pelayanan dan
aksesibilitas. c).Menyeimbangkanpembangunan sektor modern – tradisional,
denganmelestarikan budaya local, d). Memanfaatkan teknologi ramah lingkungan
dalam penyelesaian pembangunan fisik. e).Menyiapkan jalur-jalur evakuasi dalam
kondisibahaya bencana alam (tsunami, gelombang pasang).Pemetaan ini dibagi
dalam segmen I hingga IX merupakan skenario pengembangan kota ambon mulai dari
kawasan nusaniwe hingga kawasan poka rumah tiga. Pengembangan kawasan
masing-masing segmen dibangun sesuai kondisi dan potensi kawasan tersebut
dengan mengembangkan dan pembangunan villa, hotel resort, restoran apatemen dan
Hotel, prasarana Penunjang Pelabuhan,
PPI, kawasan pengembangan realestate wisata Pantai dan realestate serta
prasarana dan sarana pendidikan.Dalam pengembangannya partisipasi pemkot dalam
lima tahun terakhir telah menampakan hasil yang positif berupa intervensi
APBD/N maupun investasi pihak ketiga. Investasi yang berihak kepada masyarakat
bukan hanya menjadikan masyarakat kota ambon sebagai warga konsumtif namun
menggiring masyarakat untukmampu meningkatkan perekonomian melalui UMKM.
a.
Peluang Pasar
dan Investasi
Sektorunggulanadalahsektoryangmemilikinilaitambahdanproduksiyangbesar,memilikimultipliereffect yang besar terhadap perekonomian
lain serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor.
Dalam perkembangan kota Ambon sektor jasa ‐ jasa, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian sebagai
salah satu sektor primer masih memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan
PDRB kota Ambon;Secara khusus, laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2010 sampai
tahun 2011, Kontribusi terbesar Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Yang menyumbang sebesar
24,49% Diikuti oleh sektor bangunan sebesar 15,9%, Dan jasa sebesar 10,8%.
Dalam Rencana Strategis Kota Ambon 2006–2013, menginginkan bahwa Perencanaan
Pembangunan kota dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan pesisir kota akan
diarahkan menuju pada Pengembangan Kawasan pesisir menuju Kota Pantai (Kota
Pesisir) dengan melihat berbagai peluang antara lain dalam pembangunan kota
pantai perlu diperhatikan dua hal penting yaitu : 1). fungsi dari hirarki kota,
pola prasarana kawasan yang meliputitransportasi, prasarana distribusi yang
mengacu pada kondisi geografis wilayah. 2). pemanfaatan potensi sumberdaya
alamnya: baik sumberdaya alam yang dapat pulih maupun sumberdaya alam yang
tidak dapat pulih kedua hal ini dikelola secara berkesinambungan. Pengelolaan Sumberdaya maritim, agar tetap sustainable,
maka dalam sistem pengembangannya diupayakan memperhitungkan kearifan masyarakat
lokal. Hal ini diupayakan agar tidak terdapat kesenjangan antara penduduk asli
dangan para pendatang yang akan mendiami wilayah kota pantai. Adapun yang diharapkan
dari Pemerintah daerah maupun Pemerintah Pusat, Agar para investor dapat
bekerjasama dalam rencana pembangunan waterfront city dengan dukungan komponen‐Komponen
lain seperti jasa hotel, resort, mall, dan lain ‐lain yang dapat meningkatkan PDRB
Kota Ambon. Dalam hal ini diharapkan adanya konsep penataan ruang Kota Ambon
Setelah melalui suatu kajian layak tidaknya Ambon menjadi Waterfront City.
- Tempat Hiburanberkudaseluas4 Ha;
- Padang rumput2,8 ha ;
- Hotel4,5 Ha;
- Spa1 Ha;
- Pusat Kebugarandanolahragaseluas1,5ha;
- Residen/villaSeluas 21,1 ha;
- Area Komersil seluas 1ha;
Bangunan
Prasarana (perumahan karyawan, water treatment plan,administration office,dan
power house) dan jalur hijau (jalur berkuda, kereta kuda, dan jalan kaki).
Adapun Pembangunan yang akan dilakukan dengan investor sendiri yakni berupa
infrastruktur berupa jalan, saluran, listrik,air, telepon, taman, danau, lahan
tempat berkuda, pusat kebugaran dan olahraga, villa, dan area komersil.
Sementara Lahan yang direncanakan dibangun oleh pihak investor luar yakni
pembangunan hotel dan pembangunan spa. Segmentasi pasar yang akan dituju dalam
memasarkan resort dan hotel ini selain pengunjung/Wisatawan lokal, yang
diharapkan juga wisatawan dari luar negeri.
Investasi di
Kota Ambon tahun 2014, meliputi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Asing (PMA).
a).
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sampai tahun 2014, di Kota Ambon terdapat 9
usaha Penanaman Modal Dalam Negeri yang bergerak pada 6 bidang usaha,dengan
nilai investasi sebesar Rp134,650.000.000,00 milyar lebih serta menyerap 312
tenaga kerja Indonesia :
Tabel Proyek PMDN di Kota AmbonMenurut Bidang Usaha (Juta Rupiah) Tahun 2014
Sumber: Bagian Kerjasama dan Promosi
Pengembangan Ekonomi, Setkot Ambon, 2015.
b). Penanaman Modal Asing (PMA)
Sampai tahun 2014, di Kota Ambon
terdapat 17 usaha Penanaman Modal Asing yang bergerak pada 6 bidang usaha,
dengan nilai investasi sebesar US$ 2.691.280,00 dan menyerap 2.385 tenaga kerja
Indonesia dan 52 tenaga kerja asing.
Tabel Proyek
PMA di Kota Ambon
Menurut
Bidang Usaha (US$ 000) Tahun 2014
Sumber:
Bagian Kerjasama dan Promosi Pengembangan Ekonomi, Setkot Ambon, 2015
Gambar : contoh investasi ekonomi dan publik
sumber : disadur dari berbagai sumber
b.
Serapan Tenaga
Kerja
Pengangguran
merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan
tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir
untuk mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang
yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 1994). Pengangguran dapat
terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja.
Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga
kerja yang diminta.Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu
indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif
secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam
periode survei. Dengan kata lain TPAK merupakan perbandingan antara angkatan
kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja. TPAK mengukur besarnya
partisipasi angkatan kerja dalam dunia kerja. TPAK dapat digunakan sebagai
indikator tingkat kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Angka
TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi
penduduk usia kerja. Sebaliknya, angka TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya
kesempatan kerja yang tersedia.
Gambar
Grafik Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja
Sumber
: BPS Maluku 2014 (diolah)
Grafik diatas
menjelaskan bahwa dengan tahun dasar 2000 tingkat partisipasi angkatan kerja
selama tahun 2001-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Secara rata-rata
mengalami perkembangan sebesar 58% selama empat belas tahun terakhir. WFC kota Ambon telah berjalan pada
beberapa tahun terakhir ini dan dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja. Namun
pembangunan dan pelaksanaan dunia usaha yang belum signifikan berdampak pula
pada penyerapan tenaga kerja di kota Ambon. Sebagaimana Rencana
Strategis Kota Ambon yang menginginkan pengembangan kawasan pesisir menuju Water frontCity, maka perlu dialokasikan
kegiatan dan anggaran yang bersumber dari intervensi APBD/N ataupun investor. Sekitar 80 persen investasi untuk
WFC Ambon berasal dari pihak swasta, bukan pemerintah, pemerintah hanya
menyediakan infrastruktur, misalnya pembangunan jalan boulevard di sepanjang
pesisir.
Pembangunan sarana jelajah hutan bakau dan cafe-cafe
buat para wisatawan dengan nilai investasi sebesar Rp 5,1 miliar. Kawasan
wisata Air Salobar yang saat menjadi tempat piknik alternatif bagi warga kota
Ambon akan ditata menjadi lokasi wisata modern dengan pedestarian, kios dan
wisata kuliner dengan nilai investasi mencapai Rp 10,2 miliar. Kawasan Pantai
Mardika juga akan ditata dengan jalur hijau, pedestarian, ruang publik dan
restoran atau cafe terapung dengan investasi Rp 5,1 miliar, sedangkan kawasan
Hatiwe Kecil akan ditata dengan konsep yang sama, tetapi dipaketkan dengan
pembangunan Pasar "Ole-Ole" dan total nilai investasinya direncanakan
mencapai Rp 53,2 miliar. Sebagaimana dikutip dalam kompasiana.com apabila paket
kegiatan dan anggaran pemerintah dan investor dilaksanakan secara signifikan
maka terbuka kesempatan kerja bagi 200 ribu orang sebagai tenaga profesional di
restoran, cafe tempat diving, sekolah diving dan lain-lain. Sehingga tidak
menutup kemungkinan dalam kurun waktu 10 tahun mendatang tidak ada lagi warga
Kota Ambon yang menganggur. Artinya pertumbuhan ekonomi akan semakin baik
dimana kontribusi jasa usaha bukan hanya pada bidang-bidang tertentu namun pada
semua aspek jasa kiranya mampu memberikan kontribusi signifikan yang pada
gilirannya dapat menekan derajat kemiskinan dan ketimpangan daerah melalui
pendapatan perkapita masyarakat yang semakin membaik dari tahun ketahun.
c.
Tabungan dan Kredit
Upaya
pemerintah kota untuk melakukan pemerataan tenaga kerja tidak sebatas pada
keterlibatan masyarakat dalam berbagai program WFC secara langsung. Mendorong
masyarakat mendukung program WFC melalui UMKM yang berorientasi ekonomi kreatif
dan kepariwisataan merupakan sebuah strategi yang signifikan. Sebagaimana
disampaikan oleh Richard wali kota ambon bahwa melalui program KUR yang
ditetapkan pemerintah hendaknya dimanfaatkan masyarakat terutama yang memiliki
usaha kecil menengah. Pemerintah telah menetapkan suku bunga KUR sebesar 9%
sejak 4 Januari 2016, dari sebelumnya 12 persen. Kebijakan ini dilakukan untuk
mendorong pengembangan sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Selain itu Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) Kredit Mikro untuk membantu pelaku usaha danmasyarakat
kecil menengah juga dibentuk oleh pemerintah kota yang bertujuan memberikan
akses kepada pelaku usaha kategori mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah
untuk dapat dapat memenuhi kebutuhan modal. Jumlah penabung dan nilai nominal tabungan di Kota
Ambon dalam 5 tahun belakangan ini terus mengalami peningkatan. Berdasarkan
data Bank Indonesia Cabang Ambon tahun 2014 per bulan Nopember 2014) posisi simpanan masyarakat
pada bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Ambon mencapai Rp.6,78
Triliun, atau meningkat Rp.3.730 Milyar dari tahun sebelumnya yang sebesar
Rp.6,38 Triliun dan tersimpan pada 433.949 rekening satuan.
Tabel. Perkembangan Posisi Simpanan
Masyarakat
Pada Bank
Umum dan BPR di Kota Ambon, Tahun 2010-2014
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Prov.
Maluku, Bank Indonsia, 2014. *) angka sementara
Posisi simpanan masyarakat ini
terdiri dari Giro sebesar Rp.916.384 Milyar (13,52%); Simpanan Berjangka
sebesar Rp.2,49 Triliun (36,82%); dan Tabungan sebesar Rp.3,36 Triliun
(49,66%).
Tabel :
perkembangan Pinjaman Masyarakatpada bank umum dan BPR di kota Ambon Tahun 2010-2014
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Prov.
Maluku, Bank Indonsia, 2014.
*) angka sementara
Penyaluran kredit selama lima tahun
terakhir mengalami peningkatan dan mendominasi adalah penyaluran kredit untuk
modal usaha karena jika dibandingkan antara modal kerja dan investasi maka
setiap tahun lebih besar dari kegiatan konsumsi masyarakat. Kondisi ini sangat
didorong oleh pembinaan pemkot dan semua pihak untuk menunjang masyrakat
berpikir secara ekonomis. UMKM perlu dikembangkan dengan adanya kebijakan WFC
tersebut yaitu peluang berusaha masyarakat semakin mudah dengan pangsa pasar
dan konsumen yang menjanjikan.
d.
Pendapatan Perkapita
Data PDRB menunjukan perkembangan
pendapatan regional kota Ambon sangat berfariatif. Lemahnya ekonomi regional
diawali dengan konflik sosial yang melanda kota ambon dan provinsi Maluku pada
umumnya mengakibatkan ekonomi kota ini menurun drastis. Ekonomi kota Ambon berjalan dalam
kondisi minus pada 1998 hingga 2002 yaitu kondisi terparah dialami kota ambon
pada tahun 1999 anjlok hingga minus 27,4%. Sebagaimana renstra kota ambon untuk
mengembangkan tata ruang kota sebagai model WTC, maka pemulihan konflik menjadi
peluang untuk mengejar ketertinggalan dan kesenjanganpembangunan daerah. Pada
tahun 2006 pemerintah kota Ambon mulai menggalangkanpembangunan yang berbasis
pada wilayah pesisir yaitu teluk ambon. Alhasil pertumbuhan ekonomi dalam
jangka menengah dapat kembali pulih meskipun perlu adanya upaya ekstra untuk
mengejar ketertinggalan daerah. Kebijakan WFC oleh pemerintah kota Ambon pada
tahun 2006 silam secara bertahap dapat memberikan kontribusi siknifikan bagi
pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan investasi pihak swasta dalam bentuk
pusat-pusat pembelanjaan (super dan hiper mall, mini dan supermarket), hotel
bintang 4 dan 5 (Aston Hotel, Swiss-bell hotel dll), reklamasi pantai untuk
pembangunan restoran, pusat pembelanjaan dan kulinier, pengembangan berbagai
taman kota, tempat rekreasi (natsepa, pintu kota dll), aksesibilitas jalan yang
memadai, jembatan merah putih, pembangunan rumahsakit internasional siloam dan
lain sebagainya.
Mengacu kepada pertumbuhan PDRB (atas dasar harga
konstan 2000), maka pertumbuhan ekonomi Kota Ambon terus mengalami pertumbuhan
yang positif dalam kurun waktu lima tahun terakhir.Pertumbuhan ekonomi
tertinggi selama periode tersebut terjadi pada tahun 2012, sebesar 8%. Pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2012, sangat dipengaruhi oleh terlaksananya event-event
nasional di Kota Ambon, seperti MTQ Tingkat Nasional, dan Pesparawi Mahasiswa
Tingkat Nasional, yang mendorong masuknya investasi Pemerintah untuk penyediaan
sarana dan prasarana; serta berkembangnya sector perdagangan, hotel dan restoran;
dan sector pertanian untuk mensukseskan penyelenggaraan ini. Pada tahun 2013,
ekonomi Kota Ambon tetap mengalami pertumbuhan yang positif, namun lebih lambat
dari pada tahun 2012, yaitu sebesar 5,20%. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2013 melambat dari tahun sebelumnya, namun semua sektor dan sub sektor
tetap mengalami pertumbuhan yang positif, meskipun melambat dari tahun 2012.
Sektor Jasa-Jasa yang merupakan sektor basis mengalami pelambatan pertumbuhan
pada tahun 2013 sebesar 4,32% akibat melambatnya pertumbuhan sub sector
Pemerintahan Umum dan Pertahanan sebesar 4,46% dari tahun 2012 yang sebesar 9,75%.
Pelambatan pertumbuhan sektor basis ini,memberikan dampak ikutan pada
pertumbuhan sector-sektor unggulan lainnya seperti Sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran melambat menjadi 6,57% dari 9,88% pada tahun 2012; Sektor
Pertanian melambat menjadi 3,92% dari 9,00% pada tahun 2012; dan Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi melambat menjadi 6,03% dari 7,86% pada tahun 2012.
Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan perekonomian Kota Ambon tahun 2013
mengalami pelambatan dibandingkan tahun 2012, namun sector Sektor Bangunan/
Kontruksi mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar 9,26% pada tahun 2013
dibandingkan tahun 2012 sebesar 7,74%. Hal ini disebabkan berkembangnya
aktivitas bangunan/konstruksi, baik itu skala kecil maupun skala besar seperti
pembangunan Jembatan Merah Putih. Pada tahun 2014 mengalami
pertumbuhan sebesar 5,96% artinya ada enurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2014 namun disatu sisi pengeluaran pemerintah untuk investasi bukanlah sesuatu
yang sia-sia karena hasil dari investasi pada tahun 2014 akan berpengaruh
mengkatkan pertumbuhan ekonomi kota ambon dalam jangka menengah maupun jangka
panjang.
5.1
Kesimpulan
Sesuai rencana Dalam Rencana Strategis
Kota Ambon 2006 – 2013, diarahkan menuju pada Pengembangan kawasan pesisir atau
Pengembangan Ambon Water Front City (WFC). Kebijakan ini didukung oleh
kondisi teluk ambon yang potensial dan kondisi tipologi wilayah yang terbatas
dataran rendahnya sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengembangan ke
darat. Selain itu kepadatan penduduk, menimbulkan bertambahnya penduduk
miskin, perumahan kumuh banjir langganan dan longsor merupakan
sebagian masalah sosial yang terjadi di kota ambon. Dengan demikian pemerintah
kota perlu melakukan terobosan dengan memanfaatkan peluang alam dan lingkungan
sebagai sarana potensial untuk keluar dari dilema sosial ekonomi selama ini. Penetapan Kawasan Strategis melalui Water Front City (WFC) dengan
dibangunnya sarana dan prasarana dalam bidang ekonomi, bisnis dan sosial
menjadi salah satu kunci membuka Peluang Pasar dan Investasi dan akan
berimbas positif terhadap Serapan Tenaga Kerja. Melalui serapan tenaga kerja
akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang secara akumulasi akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Daftar Pustaka
Buku
Teks
-
Budiharsono,
Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta:
Pradnya Paramita.
-
bps.go.id
- Carr, Stephen, 1992, Public Space,Cambridge Uniersity Press,
Cambridge,
-
Kota
Ambon ,2001, Rencana Strategis Kota Ambon
Tahun 2006 – 2012
- Kuncoro, Mudrajad. 2002. Otonomi dan Pembangunan
Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta:
Penerbit Erlangga
-
-----------, Mudrajad
(2011) Perencanaan Daerah, penerbit salemba empat, Jakarta;
-
-----------, Mudrajad
(2015) Mudah Memahami & Menganalisis
Indikator Ekonomi, penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta
- Pieter Th Berhitu*, Yana Matakupan (2010) Jurnal Teknologi Kajian
Kelayakan Pengembangan Kawasan Pesisir Kota Ambon Sebagai Kota Pantai
(Ambon Water Front City)
-
Tarigan, Robinson.
2000. Ekonomi Regional(Teori dan Aplikasi).
- Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang
Perkotaan. Bandung: Alumni.12.
- Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik
Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya Pramita.
Data browsing
internet /website
- -
ambon.go.id/data/2016/RKPD/202016.pdf
- -Arifin, Hadi
Susilo Revitalisasi Potensi Lingkungan-Ekonomi-Sosial Budaya Dalam Mewujudkan
“Sustainable Water Front City” Di Kota Cirebon, Makalah untuk Prosiding
Workshop dan Aksi Pembangunan Ekonomi Kota Cirebon Berwawasan Lingkungan, 1-2
Februari,2010
- - kompasiana.com/arfindacandra/perencanaan-dan-pengembangan-pesisir-ambon-berbasis-water-front-city
nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kota.ambon
rmol.co/Data-Terakhir-Korban-Tewas-Banjir-dan-Longsor-di-Ambon
satumaluku.com/2016/05/06/jumlah-angkatan-kerja-di-maluku-bertambah-pengangguran-juga-bertambah/
tribun-maluku.com/2014/03/wali-kota-apresiasi-pembangunan-rumah.html
Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM , Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan menolak, jadi saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya menipu dan saya kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan pemberi pinjaman yang berbeda karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapat pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM, Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan menolak, jadi saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya curang dan saya kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan uang yang berbeda. Pemberi pinjaman karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapat pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya, Harum kemudian memperkenalkan saya kepada Ny. LASSA JIM, seorang pemberi pinjaman di sebuah perusahaan bernama ACCESS LOAN FIRM sehingga teman saya meminta saya untuk melamar ibu LASSA, jadi saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Ms. LASSA.
BalasHapusSaya mengajukan pinjaman 2 miliar rupiah dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui tanpa tekanan dan semua pengaturan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan keamanan untuk transfer pinjaman yang baru saja saya katakan kepada dapatkan perjanjian lisensi, aplikasi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari 48 jam pinjaman itu disetorkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya dikreditkan dengan jumlah 2 miliar. Saya sangat senang bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa saya dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman asli saya, yang memberi saya keinginan hati saya. mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan cara menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda. Semoga Tuhan memberkati Mrs. LASSA JIM untuk membuat hidup saya lebih mudah, jadi saya sarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LASSA melalui email: